One Piece Logo
SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI ^.^

Senin, 10 Oktober 2011

Hidup ini indah,jika dilandasi Iman dan Taqwa


HIDUP INI INDAH,JIKA DILANDASI DENGAN IMAN DAN TAQWA...

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Saudaraku,semoga Allah senantiasa merahmati kita sekalian,Aamiin.

"Iman" yang benar adalah "iman" yang bisa membebaskan kita dari rasa takut, gelisah, gundah dan segala kekhawatiran. Hanya kepada Allah-lah kita takut, tidak kepada yang lain."

"Iman" adalah asas penting yang menjadi landasan seorang mukmin. Bila diibaratkan pohon, "iman" adalah akarnya. Apabila tidak memiliki akar, pohon tersebut tidak bisa tumbuh dan berdiri tegak. Tanpa "iman", ibadah yang kita lakukan akan sia-sia, bahkan amal yang kita lakukan tidak akan sampai kepada Allah SWT; Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Anbia ayat 94 :

"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, sedang ia ber"iman", usahanya tak akan terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya."

Ke"iman"an dan ke"taqwa"an itu sendiri merupakan salah satu nikmat yang harus kita syukuri. Cara mensyukuri nikmat ke"iman"an dan ke"taqwa"an kita adalah dengan cara selalu meningkatkan ibadah amal kita, misalnya disamping melaksanakan sholat wajib kita juga melaksanakan sholat sunah, disamping melaksanakan puasa wajib kita juga melaksanakan puasa sunah, disamping membayar zakat kita juga membayar infaq dan sedekah, dan seterusnya; intinya kita disamping menunaikan ibadah wajib kita juga melaksanakan ibadah sunah sesuai dengan tuntunan junjungan Nabi kita Muhammad SAW.

"Iman" tidak hanya sekedar ber"iman". Ada 2 (dua) macam keimanan, yaitu :

1. "Iman" yang bersih dari segala kesyirikan. Jadi kita benar-benar percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.

2. "Iman" yang mampu memproduk amal-amal shaleh dan amal -amal kebajikan, baik dalam hal ritual kepada Allah maupun hubungan dengan sesama manusia.

"Iman" yang benar adalah "iman" yang bisa membebaskan kita dari rasa takut, gelisah, gundah dan segala kekhawatiran. Hanya kepada Allah-lah kita takut, tidak kepada yang lain. Orang ber"iman" adalah orang yang punya ketergantungan yang sangat tinggi kepada Allah.

Menjaga kualitas "iman" akan selalu berbanding lurus dengan kuantitas amal ibadah kita. Makanya kita harus selalu berdo'a agar kita selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT supaya kita bisa selalu meningkatkan kualitas "iman" dan kuantitas amal ibadah kita.Semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk kepada kita semua. Petunjuk Allah ini sangat mahal harganya. Orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT adalah orang yang bijak dalam mendengar perkataan dan melaksanakan apa yang didengar dari perkataan yang terbaik. dalam kehidupan sehari-hari. Perkataan yang terbaik disini adalah Kalam Illahi Rabbi dan Sabda Rasulullah SAW.Semoga dengan ridhaNya, Allah selalu memberi kekuatan kepada kita, sehingga kita bisa selalu meningkatkan kualitas "iman" dan "taqwa" kita kepada Allah SWT. Aamiin..............

"Iman" tidak hanya sekedar keyakinan belaka, akan tetapi "iman" harus dibuktikan melalui pernyataan dan perbuatan. "Iman" harus terefleksikan dalam perbuatan. Ciri ke"iman"an seseorang yang bisa mendatangkan keuntungan baik di dunia maupun di akhirat, apabila :

1. Orang yang ber"iman" tersebut bisa menjaga auratnya. Ada sebuah hadits yang menyatakan , bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir) nya (bibir atas dan bawah), niscaya aku akan menjamin surganya."

2. Orang yang ber"iman" tersebut bisa menjaga amanah dan menepati janjinya. Orang yang tidak amanah dan selalu ingkar janji adalah ciri orang munafik.

3. Orang yang ber"iman" tersebut bisa menjaga sholatnya. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya. Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang telah dibaca dalam pelaksanaan sholat.

Ketiga hal diatas merupakan bukti aplikatif ke"iman"an kita dalam kehidupan sehari-hari.



Kalau kita ingin negeri kita ini menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi, "iman" dan "taqwa" ini menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh penduduk negeri ini. Hal ini seperti yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raaf Ayat 96,yang artinya : "Dan

sekiranya penduduk negeri-negeri itu ber"iman" dan ber"taqwa", pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang mereka usahakan."



Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang ada sekarang ini harus diimbangi pula dengan ke"iman"an dan ke"taqwa"an (IMTAQ) kepada Allah SWT. IPTEK yang tidak dimbangi oleh IMTAQ akan berbahaya yang justru malah akan mengakibatkan kerusakan di dunia ini.Ada 3 (tiga) pilar utama yang terkandung didalam"taqwa", yaitu :



1. Takut kepada Allah SWT Dzat yang maha mulia. Ada perbedaan antara takut kepada Allah dengan takut kepada selain Allah. Kalau kita takut kepada selain Allah, misalnya takut kepada ular atau orang, kita akan lari untuk menjauhi ular atau orang tersebut supaya kita tidak bertemu dengan yang kita takuti tersebut. Lain halnya kalau kita takut kepada Allah SWT, justru kita akan mendekatkan diri (taqarub), mengabdi kepada Allah dan rindu untuk bertemu dengan Allah. Jadi dalam takut kepada Allah didalamnya ada ketakutan, pengabdian dan akan selalu mentaati perintah-Nya dan akan selalu menjauhi larangan-Nya.

2. Beramal sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an sebagai panduan dalam menjalankan hidup di dunia ini, karena dalam Al-Qur'an mengandung ajaran :a. Aqidah dan keyakinan apa-apa yang harus kita lakukan dan siapa-siapa yang harus kita dekati dan siapa yang harus kita hindari.b. Syari'ah. Dalam Al-Qur'an diajarkan tata hukum Allah mana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus ditinggalkan.c. Akhlak. Al-Qur'an memuat tata aturan manusia. Ada kejujuran dan pengkhianatan-pengkhianatan manusia yang dikisahkan dalam Al-Qur'an. Semua itu dikisahkan supaya menjadi pelajaran bagi manusia.3. Selalu bersiap-siap untuk hari keberangkatan (kematian) menuju ke akhirat. Kematian sebenarnya merupakan permulaan dari kehidupan yang abadi. Kematian merupakan suatu kepastian yang misterius bagi setiap orang. Kita tidak mengetahui kapan kita akan mati, tapi mati itu pasti akan datang. Maka dari itu kita harus terus-menerus selalu mempersiapkan diri untuk kematian. Semoga kita diridhai oleh Allah SWT untuk bisa mengakhiri hidup ini dengan khusnul khotimah................Aamiin..

Orang yang ber"iman" dan "taqwa" memiliki Al-Qur'an yang berfungsi sebagai pembeda (Furqon). Al-Qur'an sebagai Furqon bagi orang yang ber"iman" dan "taqwa" disini, bahwa:

1. Orang yang ber"iman" dan "taqwa" hanya bergantung kepada Allah semata. Dia tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan siapapun di dunia ini. Disini Furqon berkaitan dengan kebersihan jiwa, sehingga dia dapat dikatakan sebagai orang yang ber"iman" dan "taqwa".

2. Orang yang ber"iman" dan "taqwa" memiliki sensitivitas (kepekaan) amal yang tinggi. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari apabila sudah ada kumandang adzan dia akan segera bergegas untuk melaksanakan salat; Kemudian apabila dia diajak berbuat tidak baik, dia akan berani menolak dan selalu mengajak kepada kebaikan. Furqon disini berkaitan dengan sensitivitas amal dalam kehidupan sehari-hari.

3. Orang yang ber"iman" dan "taqwa" dapat menyaring hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran dalam Al-Qur'sn yaitu ajaran yang telah diajarkan oleh Allah SWT. Furqon disini sebagai filter yang sudah tertanam dalam hati orang yang ber"iman" dan "taqwa". Orang yang ber"iman" dan "taqwa" melaksanakan ibadah tidak akan sepotong-sepotong (parsialisme). Dia akan selalu berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya kepada Allah.

Marilah kita berlomba untuk selalu meningkatkan kualitas "Iman" dan "Taqwa" kita dan selalu menambah kuantitas amal-amal ibadah kita, sehingga Allah selalu ridha untuk merahmati dan memberkati kita. Aamiin..... Ya Rabbal Alamin.........



Semoga Bermanfa'at...

Meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada ALLAH SWT


Cara Meningkatkan Kadar Iman & Taqwa

CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita dengan menyebarkan tulisan ini.
Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Doa dan Usaha


KESETARAAN DOA DAN USAHA

Oleh : K.H. Tohri Tohir


            Kaji kita kali ini untuk meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. Karena dua hal inilah, Iman dan Taqwa yang mewarnai dinamika ibadah kita kepada Allah. Iman secara batin, Taqwa secara lahir. Sebab dalam kehidupan ada batin dan ada lahir, sama kalau kita relevansikan hal ini dengan do'a dan usaha. Do'a tanpa usaha sama dengan sia-sia, sebaliknya usaha tidak dibarengi do'a kurang berkah. Karena Iman secara batin maka sulit dilihat, sebab adanya didalam sanubari, yang tampak adalah Taqwanya. Loud speaker ini ada suara karena ada stroomnya.
Kita semua tidak bisa melihat stroomnya, tapi bisa merasakan dan dapat mengambil manfaat dari adanya strum tersebut, seperti mendengar suara dari speaker yang dijalankan oleh stroom. Iman pun demikian. Iman orang itu tak mungkin bisa kita lihat, yang bisa kita lihat adalah taqwanya, ibadahnya, shalatnya, zakatnya, dan hajinya itu yang tampak. Begitulah kira-kira ibadah seseorang itu, digerakkan dari batin, yang tampak lahirnya.
Saya relevansikan tadi dengan do'a dan usaha, untuk mengisi Iman dan taqwa. Dengan Iman kita berdo'a, dengan taqwa kita berusaha. Do'a, usaha untuk merealisasikan Iman dan Taqwa supaya mudah mengingat rangkaiannya, disingkat "DUIT ", termasuk membina dan membentuk keluarga, do'a dan usaha harus dijalankan. Didalam Al Qur'an nul karim diajarkan olah Allah SWT tiga macam do'a khusus untuk keluarga, banyak do'a di Al Qur'an, semuanya ada 66 ayat, dari 66 ayat ini ada tiga do'a yang khusus untuk keluarga.
Pertama di surat Al-Imran ayat 38, yang kedua di surat Ibrahim ayat 40, yang ketiga di surat Al-Furqan ayat 74, inilah konsep do'a yang diajarkan Allah SWT, didalam Al Qur'an untuk membentuk dan membina keluarga yang bahagia, sejahtera, aman dunia dan akhirat.
Yang pertama didalam surat Al-Imran ayat 38 :
" Disanalah Zakaria berdo'a kepada Tuhannya seraya berkata " Tuhan, karuniakanlah kepada ku keturunan yang baik dari Engkau, Engkau Maha mendengar segalah do'a ".
Jadi bapak dan ibu harus meminta kepada Allah supaya diberi anak ( keturunan ) yang baik.
Yang kedua didalam surat Ibrahim ayat 40 :
" Tuhan-ku ! jadikanlah aku orang yang tetap mendirikan sholat, juga diantara keturunanku, Ya Tuhan kami ! Kabulkan do'a ku " !
Kalau yang pertama tadi meminta keturunan yang baik, yang kedua meminta ahli ibadah supaya yang baik tadi menjadi benar, karena banyak orang baik belum tentu benar, yang kita minta yang baik dan yang benar.
Dalam do'a diatas yang kita minta adalah ahli ibadah ( mendirikan sholat ) sebab pokok ibadah adalah sholat, karena jenis ibadah yang lain kalau dihitung akan banyak sekali, bahkan tidak akan terhitung, dalam hal ini sholat adalah ibadah paling pokok dan menentukan.
Yang ketiga, do'a buat keluarga ada didalam surat Al-Furqan ayat 74 :
" Dan orang-orang yang berkata : " Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati ( kami ), dan jadikanlah kami Iman bagi orang-orang yang bertaqwa ".
Berilah kami anak yang Qurrata'ayunin, atau yang selalu menyenangkan hati, nikmatnya bukan main kalau kita punya keluarga atau anak yang Qurrata'ayunin itu. Bapak meminta dengan Allah supaya mempunyai isteri dan anak yang menyenangkan hati, menyejukan perasaan, menentramkan pikiran, pengertian kata Qurrata'ayunin itu sangat luas.
Tiga macam do'a diatas itu, supaya mudah membacakannya, kita jadikan saja satu paket, tiap baca do'a, baca ketiganya sekaligus. Do'a ini memiliki maksud yang luas dari Allah. Do'a sudah, tinggal usahanya, bagaimana usahanya ? kita lihat dahulu bagaimana jalur Taqwa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, merealisasikan ayat Qu anfusakum wa ahli-kum naro. Menjaganya adalah dengan Taqwa, makanya membina manusia itu tidak bisa seperti metode ilmu fikih, kalau metode Fikih, yang halal dimakan, yang haram dibuang. Tapi membentuk dan membina keluarga memakai metode Tasawuf, yang baik dipelihara, yang jelek diperbaiki, jadi kalau punya anak atau suami/ isteri jelek dan nakal, jangan dibuang, tapi diperbaiki. Perintah memperbaiki ini dalam Islam bukan ketika ditengah jalan, tapi sejak dari awal, coba lihat do'a tadi diatas, do'a itu berlaku untuk masa kelahiran, sebelum kelahiran dan setelah kelahiran.
Belum punya anak sudah meminta anak yang baik, mungkin kita terlambat dengan do'a ini, tidak apa-apa daripada tidak sama sekali, sebab ini do'a Nabi Zakaria. Beliau berdo'a sebelum punya anak, sampai anak lahir, beliau masih tetap berdo'a. usaha membentuk anak yang baik, harus mengikuti ajaran Rasulullah, kata Rasul, begitu anakmu lahir, bacakan Adzan ditelinga kanan, kumandangkan Iqamat ditelinga kirinya.
Memang betul Adzan untuk memanggil orang sholat, kalau ditempatkan diwaktu sholat, menurut Tafsir Ibnu Abbas, kalimat Adzan itu ada tujuan masing-masing, yang tergantung waktu kapan dan dimana dikumandangkan, kita lihat zaman Nabi Muhammad SAW, subuh satu jam sebelum datang waktunya dikumandangkan Adzan, begitu tiba waktu subuh, Adzan lagi yang kedua kalinya. Pertama Bilal yang Adzan, kedua Ibnu Maktum.
Tujuan Adzan yang pertama untuk membangunkan orang yang sedang tidur. Adzan yang kedua sebagai pemberitahuan bahwa waktu sholat subuh sudah datang, Utsaman bin Affan r.a, mengumandangkan Adzan Jum'at dua kali. Pertama, lebih kurang satu jam sebelum waktu Jum'at datang. Adzan ini dikumandangkan ditengah pasar, maksudnya untuk mengingatkan orang yang sedang berdagang, baru Adzan yang kedua masuk waktu Jum'at di Masjid.
Jadi kalau kita mencermati kejadian-kejadian ini, berarti tujuan Adzan itu dimana ditempatkan disitu ada maksud. Waktu perang Rasulullah memerintahkan Adzan untuk memohon kemenangan kepada Allah. Adzan disini sebagai rasa syukur kepada Allah karena kebesaran Allah mendapat karunia ( anak ), maka ungkapan syukurnya adalah dengan membesarkan Allah, karena anak adalah karunia dari Allah.
Kalau kita teropong lebih jauh, tiap diri manusia " didampingi oleh setan ". Setan ini sebelum manusia berkembang banyak, dia meminta kepada Allah. Permintaannya antara lain:  "Wahai Tuhanku, anak Adam kau beri rumah, maka berilah aku rumah. Kata Allah rumahmu kamar mandi. Makanya Nabi Muhammad mengajarkan ke kamar mandi ada do'a, karena ia rumah setan, anak Adam kau beri tempat duduk, maka beri aku tempat duduk. Kata Allah, tempat dudukmu di pasar-pasar. Makannya mau masuk pasar diajarkan berdo'a, karena ia tempat nongkrongnya setan. Anak Adam kau beri kitab sebagai pedoman dan petunjuk. Kitabmu kata Allah adalah syair-syair lagu yang menyesatkan. Makanya kalau kita telah menyimak lagu-lagu barat yang sensual dan lagu Dangdut yang erotis asyiknya bukan main. Sampai lupa semuanya. Tapi setan akan kabur terbirit-birit kalau mendengar adzan. Ini antara lain manfaat Adzan. Setelah dikumandangkan Adzan kepada bayi yang baru dilahirkan, kata Rasulullah, beri dia makanan yang halalan thayyiban ( yaitu air susu ibu ).
Yang ketiga memberi nama, berilah nama yang bagus, yang ada identitas Islamnya, sebab kata Nabi, nama itu mempengaruhi kepribadian seseorang. Islam tidak kekurangan nama, sumber atau rujukan nama bisa dari nama Allah, nama Nabi, nama Rasul, nama sahabat Nabi, nama dari Wali, dari ayat Al Qur'an, pokoknya sumber pengambilan nama didalam Islam tidak akan penah habis, saking banyaknya. Persoalannya, mungkin kita belum mengenal nama-nama dari Islam itu. Memberi nama yang baik kepada anak, sesuai dengan permohonan kita kepada Allah, seperti tertera dalam do'a yang berasal dari ayat Al Qur'an diatas, ini sebagai langkah usaha.
Kewajiban yang keempat mengaqiqahkan anak sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Dua ekor kambing kalau laki-laki, seekor kambing kalau anak perempuan. Aqiqah tidak terikat oleh waktu, berbeda dengan Qurban, Aqiqah kapan saja dikerjakan asal anaknya belum akil baliqh. Memang utamanya dimasa kelahiran, hari ketujuh, kalau kita mendidik anak dimulai dengan cara-cara seperti yang diajarkan Rasulullah, insya Allah kita digolongkan sebagai orang yang selalu bersyukur, Iman itu kata Nabi memiliki dua sisi, sisi yang kesatu sabar, sisi kedua syukur.
Sekarang bukan lagi mensyukuri anak karena ia baru lahir, tapi mensyukuri nikmat yang lebih jauh dan panjang lagi, ya rezeki, ya usaha dll. Hakikat syukur itu kalau menurut Imam Ghazali orang yang mau bersyukur itu ada tiga syarat.
Pertama, mengenal nikmat, artinya : yakin nikmat itu datangnya dari Allah.
Kedua, mengetahui manfaat nikmat, kita sering lupa akan kemanfaatan nikmat. Kita tidak selalu ingat nikmat mata untuk apa, nikmat telinga untuk apa, nikmat memiliki gigi untuk apa, jarang kita menyadari kemanfaatan pemberian-pemberian Allah yang sangat berharga dan tak tergantikan itu. Kita suka ingat kalau sebagian kecil dari pemberian-pemberian Allah itu sudah berkurang fungsinya karena terkena penyakit atau mengalami gangguan, misalnya, yang ketiga, orang menggunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak yang memberi nikmat, ini yang paling repot, karena umumnya manusia, menggunakan nikmat Allah kepada tujuan yang tidak sesuai kehendak-Nya. Seharusnya artinya : semua pemberian Allah ini digunakan sesuai kehendak Allah, memperoleh rezeki, gunakanlah sesuai kehendak Allah.
            Kembali ke do'a kedua, untuk dapat menjalankan kewajiban sholat ini, maka kewajiban dimasa kanak-kanak, berilmu anak-anak karena ilmu yang akan menuntun perbuatan dia. Jadi dalam hal ini orang tua punya kewajiban meyekolahkan anaknya. Kata Nabi, tidak ada yang paling utama pemberian orang tua kepada anak selain pelajaran akhlak yang baik sejak kecil. Pendidikan lain, ajari anakmu sholat sejak umur tujuh tahun. Petunjuk mendidik anak ini sesuai do'a tadi diatas agar kita memperoleh keturunan yang baik.
            Cara mengajari anak mengerjakan sholat yang baik, sesusai dengan do'a diatas, adalah berbuat dulu kedua orang tuanya, baru anak mengikuti apa yang diperbuat oleh kedua orang tua mereka. Jadi kalau kita menyuruh anak sholat, mutlak mesti kita orang tua dulu yang mengerjakan sholat, baru bisa menyuruh anak sholat. Mau menyuruh anak mengaji, mesti orang tuanya dulu mengaji. Yang namanya anak berumur tujuh tahun ini apa yang dilihat dan didengar, dominan diikuti. Apa yang dilihatnya diteve, dia ikuti dengan semangat. Dalam hal pelaksanaan beribadah kepada Allah, anak umur tujuh tahun kalau melihat ayah dan ibunya mengerjakan sholat atau membaca Al Qur'an, dia akan mengikuti apa yang dikerjakan oleh orang tuanya. Jadi dengan anak kecil tidak perlu menggunakan dalil-dalil.
            Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan metode mengajar ada tiga. Pertama untuk orang pintar, bil hikmah, dengan dalil. Buat orang yang sedang, pintar tidak, dibilang bodoh tidak bisa, dengan pengajaran yang baik. Dengan anak-anak yang masih kosong dengan bermujadalah dengan baik, yaitu : lebih banyak perbuatan ketimbang ucapan. Berikan contoh kepada murid model begini. Jangan menggunakan dalil, karena belum tentu mereka mengerti dalil. Mungkin malah bisa menimbulkan salah paham gara-gara dalil. Karena itu, kepada mereka, yang paling tepat adalah memperlihatkan banyak contoh amal baik agar ditiru dan diikuti. Inilah antara lain bentuk-bentuk usaha mendidik anak agar kita melahirkan keturunan yang baik, sesuai permintaan dan do'a kita kepada Allah, sebagaimana yang tercantum didalam tiga buah do'a yang menjadi satu paket diatas.
YAYASAN NURSYIFA'

KESETARAAN DOA DAN USAHA

Oleh : K.H. Tohri Tohir


            Kaji kita kali ini untuk meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. Karena dua hal inilah, Iman dan Taqwa yang mewarnai dinamika ibadah kita kepada Allah. Iman secara batin, Taqwa secara lahir. Sebab dalam kehidupan ada batin dan ada lahir, sama kalau kita relevansikan hal ini dengan do'a dan usaha. Do'a tanpa usaha sama dengan sia-sia, sebaliknya usaha tidak dibarengi do'a kurang berkah. Karena Iman secara batin maka sulit dilihat, sebab adanya didalam sanubari, yang tampak adalah Taqwanya. Loud speaker ini ada suara karena ada stroomnya.
Kita semua tidak bisa melihat stroomnya, tapi bisa merasakan dan dapat mengambil manfaat dari adanya strum tersebut, seperti mendengar suara dari speaker yang dijalankan oleh stroom. Iman pun demikian. Iman orang itu tak mungkin bisa kita lihat, yang bisa kita lihat adalah taqwanya, ibadahnya, shalatnya, zakatnya, dan hajinya itu yang tampak. Begitulah kira-kira ibadah seseorang itu, digerakkan dari batin, yang tampak lahirnya.
Saya relevansikan tadi dengan do'a dan usaha, untuk mengisi Iman dan taqwa. Dengan Iman kita berdo'a, dengan taqwa kita berusaha. Do'a, usaha untuk merealisasikan Iman dan Taqwa supaya mudah mengingat rangkaiannya, disingkat "DUIT ", termasuk membina dan membentuk keluarga, do'a dan usaha harus dijalankan. Didalam Al Qur'an nul karim diajarkan olah Allah SWT tiga macam do'a khusus untuk keluarga, banyak do'a di Al Qur'an, semuanya ada 66 ayat, dari 66 ayat ini ada tiga do'a yang khusus untuk keluarga.
Pertama di surat Al-Imran ayat 38, yang kedua di surat Ibrahim ayat 40, yang ketiga di surat Al-Furqan ayat 74, inilah konsep do'a yang diajarkan Allah SWT, didalam Al Qur'an untuk membentuk dan membina keluarga yang bahagia, sejahtera, aman dunia dan akhirat.
Yang pertama didalam surat Al-Imran ayat 38 :
" Disanalah Zakaria berdo'a kepada Tuhannya seraya berkata " Tuhan, karuniakanlah kepada ku keturunan yang baik dari Engkau, Engkau Maha mendengar segalah do'a ".
Jadi bapak dan ibu harus meminta kepada Allah supaya diberi anak ( keturunan ) yang baik.
Yang kedua didalam surat Ibrahim ayat 40 :
" Tuhan-ku ! jadikanlah aku orang yang tetap mendirikan sholat, juga diantara keturunanku, Ya Tuhan kami ! Kabulkan do'a ku " !
Kalau yang pertama tadi meminta keturunan yang baik, yang kedua meminta ahli ibadah supaya yang baik tadi menjadi benar, karena banyak orang baik belum tentu benar, yang kita minta yang baik dan yang benar.
Dalam do'a diatas yang kita minta adalah ahli ibadah ( mendirikan sholat ) sebab pokok ibadah adalah sholat, karena jenis ibadah yang lain kalau dihitung akan banyak sekali, bahkan tidak akan terhitung, dalam hal ini sholat adalah ibadah paling pokok dan menentukan.
Yang ketiga, do'a buat keluarga ada didalam surat Al-Furqan ayat 74 :
" Dan orang-orang yang berkata : " Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati ( kami ), dan jadikanlah kami Iman bagi orang-orang yang bertaqwa ".
Berilah kami anak yang Qurrata'ayunin, atau yang selalu menyenangkan hati, nikmatnya bukan main kalau kita punya keluarga atau anak yang Qurrata'ayunin itu. Bapak meminta dengan Allah supaya mempunyai isteri dan anak yang menyenangkan hati, menyejukan perasaan, menentramkan pikiran, pengertian kata Qurrata'ayunin itu sangat luas.
Tiga macam do'a diatas itu, supaya mudah membacakannya, kita jadikan saja satu paket, tiap baca do'a, baca ketiganya sekaligus. Do'a ini memiliki maksud yang luas dari Allah. Do'a sudah, tinggal usahanya, bagaimana usahanya ? kita lihat dahulu bagaimana jalur Taqwa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, merealisasikan ayat Qu anfusakum wa ahli-kum naro. Menjaganya adalah dengan Taqwa, makanya membina manusia itu tidak bisa seperti metode ilmu fikih, kalau metode Fikih, yang halal dimakan, yang haram dibuang. Tapi membentuk dan membina keluarga memakai metode Tasawuf, yang baik dipelihara, yang jelek diperbaiki, jadi kalau punya anak atau suami/ isteri jelek dan nakal, jangan dibuang, tapi diperbaiki. Perintah memperbaiki ini dalam Islam bukan ketika ditengah jalan, tapi sejak dari awal, coba lihat do'a tadi diatas, do'a itu berlaku untuk masa kelahiran, sebelum kelahiran dan setelah kelahiran.
Belum punya anak sudah meminta anak yang baik, mungkin kita terlambat dengan do'a ini, tidak apa-apa daripada tidak sama sekali, sebab ini do'a Nabi Zakaria. Beliau berdo'a sebelum punya anak, sampai anak lahir, beliau masih tetap berdo'a. usaha membentuk anak yang baik, harus mengikuti ajaran Rasulullah, kata Rasul, begitu anakmu lahir, bacakan Adzan ditelinga kanan, kumandangkan Iqamat ditelinga kirinya.
Memang betul Adzan untuk memanggil orang sholat, kalau ditempatkan diwaktu sholat, menurut Tafsir Ibnu Abbas, kalimat Adzan itu ada tujuan masing-masing, yang tergantung waktu kapan dan dimana dikumandangkan, kita lihat zaman Nabi Muhammad SAW, subuh satu jam sebelum datang waktunya dikumandangkan Adzan, begitu tiba waktu subuh, Adzan lagi yang kedua kalinya. Pertama Bilal yang Adzan, kedua Ibnu Maktum.
Tujuan Adzan yang pertama untuk membangunkan orang yang sedang tidur. Adzan yang kedua sebagai pemberitahuan bahwa waktu sholat subuh sudah datang, Utsaman bin Affan r.a, mengumandangkan Adzan Jum'at dua kali. Pertama, lebih kurang satu jam sebelum waktu Jum'at datang. Adzan ini dikumandangkan ditengah pasar, maksudnya untuk mengingatkan orang yang sedang berdagang, baru Adzan yang kedua masuk waktu Jum'at di Masjid.
Jadi kalau kita mencermati kejadian-kejadian ini, berarti tujuan Adzan itu dimana ditempatkan disitu ada maksud. Waktu perang Rasulullah memerintahkan Adzan untuk memohon kemenangan kepada Allah. Adzan disini sebagai rasa syukur kepada Allah karena kebesaran Allah mendapat karunia ( anak ), maka ungkapan syukurnya adalah dengan membesarkan Allah, karena anak adalah karunia dari Allah.
Kalau kita teropong lebih jauh, tiap diri manusia " didampingi oleh setan ". Setan ini sebelum manusia berkembang banyak, dia meminta kepada Allah. Permintaannya antara lain:  "Wahai Tuhanku, anak Adam kau beri rumah, maka berilah aku rumah. Kata Allah rumahmu kamar mandi. Makanya Nabi Muhammad mengajarkan ke kamar mandi ada do'a, karena ia rumah setan, anak Adam kau beri tempat duduk, maka beri aku tempat duduk. Kata Allah, tempat dudukmu di pasar-pasar. Makannya mau masuk pasar diajarkan berdo'a, karena ia tempat nongkrongnya setan. Anak Adam kau beri kitab sebagai pedoman dan petunjuk. Kitabmu kata Allah adalah syair-syair lagu yang menyesatkan. Makanya kalau kita telah menyimak lagu-lagu barat yang sensual dan lagu Dangdut yang erotis asyiknya bukan main. Sampai lupa semuanya. Tapi setan akan kabur terbirit-birit kalau mendengar adzan. Ini antara lain manfaat Adzan. Setelah dikumandangkan Adzan kepada bayi yang baru dilahirkan, kata Rasulullah, beri dia makanan yang halalan thayyiban ( yaitu air susu ibu ).
Yang ketiga memberi nama, berilah nama yang bagus, yang ada identitas Islamnya, sebab kata Nabi, nama itu mempengaruhi kepribadian seseorang. Islam tidak kekurangan nama, sumber atau rujukan nama bisa dari nama Allah, nama Nabi, nama Rasul, nama sahabat Nabi, nama dari Wali, dari ayat Al Qur'an, pokoknya sumber pengambilan nama didalam Islam tidak akan penah habis, saking banyaknya. Persoalannya, mungkin kita belum mengenal nama-nama dari Islam itu. Memberi nama yang baik kepada anak, sesuai dengan permohonan kita kepada Allah, seperti tertera dalam do'a yang berasal dari ayat Al Qur'an diatas, ini sebagai langkah usaha.
Kewajiban yang keempat mengaqiqahkan anak sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Dua ekor kambing kalau laki-laki, seekor kambing kalau anak perempuan. Aqiqah tidak terikat oleh waktu, berbeda dengan Qurban, Aqiqah kapan saja dikerjakan asal anaknya belum akil baliqh. Memang utamanya dimasa kelahiran, hari ketujuh, kalau kita mendidik anak dimulai dengan cara-cara seperti yang diajarkan Rasulullah, insya Allah kita digolongkan sebagai orang yang selalu bersyukur, Iman itu kata Nabi memiliki dua sisi, sisi yang kesatu sabar, sisi kedua syukur.
Sekarang bukan lagi mensyukuri anak karena ia baru lahir, tapi mensyukuri nikmat yang lebih jauh dan panjang lagi, ya rezeki, ya usaha dll. Hakikat syukur itu kalau menurut Imam Ghazali orang yang mau bersyukur itu ada tiga syarat.
Pertama, mengenal nikmat, artinya : yakin nikmat itu datangnya dari Allah.
Kedua, mengetahui manfaat nikmat, kita sering lupa akan kemanfaatan nikmat. Kita tidak selalu ingat nikmat mata untuk apa, nikmat telinga untuk apa, nikmat memiliki gigi untuk apa, jarang kita menyadari kemanfaatan pemberian-pemberian Allah yang sangat berharga dan tak tergantikan itu. Kita suka ingat kalau sebagian kecil dari pemberian-pemberian Allah itu sudah berkurang fungsinya karena terkena penyakit atau mengalami gangguan, misalnya, yang ketiga, orang menggunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak yang memberi nikmat, ini yang paling repot, karena umumnya manusia, menggunakan nikmat Allah kepada tujuan yang tidak sesuai kehendak-Nya. Seharusnya artinya : semua pemberian Allah ini digunakan sesuai kehendak Allah, memperoleh rezeki, gunakanlah sesuai kehendak Allah.
            Kembali ke do'a kedua, untuk dapat menjalankan kewajiban sholat ini, maka kewajiban dimasa kanak-kanak, berilmu anak-anak karena ilmu yang akan menuntun perbuatan dia. Jadi dalam hal ini orang tua punya kewajiban meyekolahkan anaknya. Kata Nabi, tidak ada yang paling utama pemberian orang tua kepada anak selain pelajaran akhlak yang baik sejak kecil. Pendidikan lain, ajari anakmu sholat sejak umur tujuh tahun. Petunjuk mendidik anak ini sesuai do'a tadi diatas agar kita memperoleh keturunan yang baik.
            Cara mengajari anak mengerjakan sholat yang baik, sesusai dengan do'a diatas, adalah berbuat dulu kedua orang tuanya, baru anak mengikuti apa yang diperbuat oleh kedua orang tua mereka. Jadi kalau kita menyuruh anak sholat, mutlak mesti kita orang tua dulu yang mengerjakan sholat, baru bisa menyuruh anak sholat. Mau menyuruh anak mengaji, mesti orang tuanya dulu mengaji. Yang namanya anak berumur tujuh tahun ini apa yang dilihat dan didengar, dominan diikuti. Apa yang dilihatnya diteve, dia ikuti dengan semangat. Dalam hal pelaksanaan beribadah kepada Allah, anak umur tujuh tahun kalau melihat ayah dan ibunya mengerjakan sholat atau membaca Al Qur'an, dia akan mengikuti apa yang dikerjakan oleh orang tuanya. Jadi dengan anak kecil tidak perlu menggunakan dalil-dalil.
            Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan metode mengajar ada tiga. Pertama untuk orang pintar, bil hikmah, dengan dalil. Buat orang yang sedang, pintar tidak, dibilang bodoh tidak bisa, dengan pengajaran yang baik. Dengan anak-anak yang masih kosong dengan bermujadalah dengan baik, yaitu : lebih banyak perbuatan ketimbang ucapan. Berikan contoh kepada murid model begini. Jangan menggunakan dalil, karena belum tentu mereka mengerti dalil. Mungkin malah bisa menimbulkan salah paham gara-gara dalil. Karena itu, kepada mereka, yang paling tepat adalah memperlihatkan banyak contoh amal baik agar ditiru dan diikuti. Inilah antara lain bentuk-bentuk usaha mendidik anak agar kita melahirkan keturunan yang baik, sesuai permintaan dan do'a kita kepada Allah, sebagaimana yang tercantum didalam tiga buah do'a yang menjadi satu paket diatas.
YAYASAN NURSYIFA'